Dampak perubahan iklim terhadap kelangkaan air bersih di Indonesia menjadi isu yang semakin meresahkan. Perubahan iklim telah menyebabkan pola cuaca yang tidak menentu, termasuk musim kemarau yang panjang dan intensitas hujan yang tidak terduga. Hal ini berdampak langsung pada ketersediaan air bersih di berbagai daerah di Indonesia.
Menurut Dr. Satria, seorang pakar lingkungan dari Universitas Indonesia, “Perubahan iklim menyebabkan peningkatan suhu udara yang berdampak pada penguapan air di permukaan tanah. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah air yang tersedia untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk irigasi pertanian dan konsumsi rumah tangga.”
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa 27% dari total populasi Indonesia masih mengalami kesulitan mendapatkan akses air bersih. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah untuk mencari solusi yang tepat dalam mengatasi kelangkaan air bersih akibat perubahan iklim.
Pakar lingkungan lainnya, Prof. Wibowo, menyarankan agar pemerintah segera melakukan langkah-langkah adaptasi untuk mengatasi kelangkaan air bersih. “Pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, pengurangan kerusakan hutan dan lahan gambut, serta peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi air merupakan langkah-langkah yang harus segera diimplementasikan,” ujarnya.
Selain itu, kerjasama antar negara juga menjadi kunci dalam mengatasi dampak perubahan iklim terhadap kelangkaan air bersih. Indonesia perlu bekerja sama dengan negara-negara lain dalam hal mitigasi perubahan iklim dan pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan.
Dengan langkah-langkah yang tepat dan kerjasama yang baik, diharapkan kelangkaan air bersih akibat perubahan iklim dapat diminimalisir dan ketersediaan air bersih dapat terjamin bagi seluruh masyarakat Indonesia. Semua pihak perlu berperan aktif dalam menjaga kelestarian sumber daya air demi keberlangsungan hidup generasi mendatang.